Sejarah valentine |
Berbagai kumpulan sejarah terlengkap di seluruh dunia - SETIAP bulan Februari, ada hari ‘bersejarah’ yang dianggap istimewa terutama oleh kawula muda. Pada setiap 14 Februari, orang lebih mengenal sebagai ‘hari valentine’ atau hari kasih sayang. Tak banyak yang mengetahui, pada hari yang sama kita punya hari bersejarah yang lebih penting, yaitu Hari PETA (Pembela Tanah Air).
Sejarah Valentine Day, Maksiat Berbungkus Hari Kasih Sayang Fenomena valentine day melanda anak-anak muda di Indonesia, bukan hanya di perkotaan. Muda-mudi di pelosok daerah pun tak mau kalah, ikut-ikutan merayakan budaya impor itu dengan cara masing-masing, termasuk cara keliru. Setiap tahun kita sering disuguhi berita tentang ditangkapnya pasangan remaja pada hari valentine karena melakukan seks bebas.
Sejarah Valentine Day, Maksiat Berbungkus Hari Kasih Sayang Fenomena valentine day melanda anak-anak muda di Indonesia, bukan hanya di perkotaan. Muda-mudi di pelosok daerah pun tak mau kalah, ikut-ikutan merayakan budaya impor itu dengan cara masing-masing, termasuk cara keliru. Setiap tahun kita sering disuguhi berita tentang ditangkapnya pasangan remaja pada hari valentine karena melakukan seks bebas.
Awal Sejarah Terjadinya Perayaan Hari Valentine Day dan Peringatan Hari PETA memang berbeda. Valentine lazim dirayakan sebagai ungkapan kasih sayang pada pasangannya. Sementara bagi Indonesia, 14 Februari diperingati sebagai Hari PETA, hari di mana para pejuang telah mengukir sejarah perjuangan melawan kekejaman tentara Jepang. Sayangnya, hanya segelintir orang baik generasi muda maupun orangtua yang ingat hari bersejarah itu.
Gaung Valentine Day lebih kencang, menggerus goresan-goresan sejarah perjuangan para pahlawan. Rasa nasionalisme kini luntur. Merayakan hari perjuangan para pahlwan, mungkin dianggap kuno. Padahal, sepatutnya kita tidak boleh melupakan sejarah, bahwa negeri ini diperjuangkan dengan tetesan darah, jiwa dan raga para pahlawan demi kemerdekaan bangsa ini dari cengkeraman penjajah.
Tentara PETA terbentuk setelah 10 ulama besar pada September 1943 mencetuskan perlunya pembentukan tentara sukarela untuk mempertahankan Pulau Jawa. Pada 3 Oktober 1943 terbentuklah Tentara PETA yang dikomandoi pemuka agama, tokoh masyarakat, politikus yang lainnya.
Bertolak dari sini, api perlawanan terhadap penjajah mulai berkobar, termasuk kepada Jepang yang semula menyetujui pembentukan PETA. Sejarah mencatat pada 14 Februari 1945 tentara PETA dipimpin Supriyadi, putra Bupati Blitar (Jatim) dan Muradi, memimpin perlawanan terhadap tentara Jepang.
Pemberontakan Supriyadi dan kawan-kawan tak bisa dibendung menyaksikan rakyat ditindas, disiksa, bahkan dibantai. Pemberontakan juga terjadi di wilayah Jawa Tengah. Muradi dan pasukannya ditangkap tentara Jepang, mereka harus menjalani hukuman siksaan dan hukuman mati. Sedangkan Supriyadi dinyatakan hilang.
Kini bangsa ini telah bebas dari penindasan tentara asing, dan itu diperjuangkan dengan darah serta air mata. Kita tentu miris melihat kenyataan banyak sejarah yang terlupakan. Justru warga lebih mengenal budaya impor ketimbang sejarah negeri sendiri.
Merayakan hari apa pun termasuk Valentine Day adalah hak azazi seseorang, tidak ada yang berhak melarang. Tapi ada baiknya hari bersejarah milik bangsa sendiri tidak dilupakan. Mungkin kita bisa memaknai kasih sayang dengan lebih arif, misalnya ungkapan taliasih pada orangtua, guru dan pahlawan yang berjuang di negeri ini.
Adalah kewajiban pemerintah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat sejak dini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.
Gaung Valentine Day lebih kencang, menggerus goresan-goresan sejarah perjuangan para pahlawan. Rasa nasionalisme kini luntur. Merayakan hari perjuangan para pahlwan, mungkin dianggap kuno. Padahal, sepatutnya kita tidak boleh melupakan sejarah, bahwa negeri ini diperjuangkan dengan tetesan darah, jiwa dan raga para pahlawan demi kemerdekaan bangsa ini dari cengkeraman penjajah.
Tentara PETA terbentuk setelah 10 ulama besar pada September 1943 mencetuskan perlunya pembentukan tentara sukarela untuk mempertahankan Pulau Jawa. Pada 3 Oktober 1943 terbentuklah Tentara PETA yang dikomandoi pemuka agama, tokoh masyarakat, politikus yang lainnya.
Bertolak dari sini, api perlawanan terhadap penjajah mulai berkobar, termasuk kepada Jepang yang semula menyetujui pembentukan PETA. Sejarah mencatat pada 14 Februari 1945 tentara PETA dipimpin Supriyadi, putra Bupati Blitar (Jatim) dan Muradi, memimpin perlawanan terhadap tentara Jepang.
Pemberontakan Supriyadi dan kawan-kawan tak bisa dibendung menyaksikan rakyat ditindas, disiksa, bahkan dibantai. Pemberontakan juga terjadi di wilayah Jawa Tengah. Muradi dan pasukannya ditangkap tentara Jepang, mereka harus menjalani hukuman siksaan dan hukuman mati. Sedangkan Supriyadi dinyatakan hilang.
Kini bangsa ini telah bebas dari penindasan tentara asing, dan itu diperjuangkan dengan darah serta air mata. Kita tentu miris melihat kenyataan banyak sejarah yang terlupakan. Justru warga lebih mengenal budaya impor ketimbang sejarah negeri sendiri.
Merayakan hari apa pun termasuk Valentine Day adalah hak azazi seseorang, tidak ada yang berhak melarang. Tapi ada baiknya hari bersejarah milik bangsa sendiri tidak dilupakan. Mungkin kita bisa memaknai kasih sayang dengan lebih arif, misalnya ungkapan taliasih pada orangtua, guru dan pahlawan yang berjuang di negeri ini.
Adalah kewajiban pemerintah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat sejak dini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.