Foto gunung merapi |
Kisah misteri terlengkap terupdate tiap hari - Sejak zaman dahulu, misteri Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah ini memang menarik perhatian dan sering dibicarakan masyarakat. Misteri ini tidak lepas dari segala hal gaib yang terkadang menjadi ciri khas gunung ini. Gunung Merapi sendiri adalah salah satu gunung vulkanik teraktif di Indonesia.
baca juga : MISTERI MENYERAMKAN DI GUNUNG ARJUNA
baca juga : MISTERI MENYERAMKAN DI GUNUNG ARJUNA
Setelah gunung ini meletus beberapa tahun yang lalu ada sosok misterius muncul beberapa saat sebelum Merapi memuntahkan isi perutnya. Ponimin inilah orang yang diminta GKR Hemas menjadi juru kunci Merapi menggantikan Mbah Maridjan-- dan istrinya sedang duduk di ruang tamu rumahnya yang terletak di Dusun Kinahrejo atau kurang lebih 100 meter dari rumah Mbah Maridjan.
Ponimin, 50-an tahun, memegang gepokan uang sebesar Rp 25 juta. Dari jumlah itu, Rp 15 juta diberikan isterinya untuk membayar hutang bisnis kayu yang ditekuninya selama ini. Sedangkan sisanya, Rp 10 juta baru saja akan dimasukkan ke tas ketika suara gemuruh tedengar dari Merapi. Ponimin dan istrinya bangkit dari duduknya. Bukan untuk mengungsi. Ponimin bergegas menuju kebun untuk mengambil daun awar-awar dan dadap serep. Dua daun itu dipercaya bisa digunakan untuk tolak bala. Sedangkan istrinya, Yati, keluar rumah membaca ayat suci al Qur’an.
Saat itulah, Yati berkisah, dirinya dikejutkan kemunculan sosok misterius. "Tiba-tiba ada sosok tua berpakaian Jawa berdiri di depan saya. Orang itu mengatakan akan mengobrak-abrik keraton Yogya,” cerita Yati kepada GKR Hemas yang menemuinya di rumah pengungsiannya di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman beberapa tahun yang lalu. Dengan sedikit gemetaran Yati pun mencegah keinginan sosok orang tua gaib itu. "Ojo (jangan),” kata Yati.
Sosok orang tua dengan api menyala-nyala di belakangnya itu kemudian menghilang. Yati pun masuk ke dalam rumah karena dari atas Gunung Merapi ia melihat ada api yang meluncur ke bawah. Pun Ponimin. Keduanya pun berlindung di dalam rumahnya bersama anak-anaknya. Mereka bersembunyi di dalam kamar. Hawa panas tiba-tiba menerjang disertai angin kencang dan debu. Di dalam rumah, keluarga ini masuk ke kamar dan berlindung di balik rukuh (mukena) milik Yati.
“Kami selamat, meski api berkobar-kobar di sekeliling kami. Atap rumah beterbangan. Kaca-kaca jendela pecah,” cerita Yati. Setelah awan panas reda, mereka bergerak ke luar rumah. Namun tanah yang diinjak terasa panas. Mereka berhasil naik mobil di halaman rumah yang selamat dari amukan awan panas. Namun baru berjalan beberapa meter, ban mobil pecah karena meleleh. Mereka kembali masuk rumah.
Di dalam rumah mereka mengumpulkan tujuh bantal dan satu sajadah. Benda-benda itulah yang kemudian dijadikan “jembatan” untuk keluar dari rumah, menuju tempat aman. Agak jauh dari rumah, mereka ditolong Tris, tetangganya yang juga selamat dan kemudian dilarikan ke RS Panti Nugroho di Pakem. Rukuh yang menyelamatkan nyawa Ponimin dan keluarganya itu kini disimpan. “Sudah ada yang nawar Rp 40 juta. Namun tidak saya kasih,” kata Yati.
Ponimin dan keluarga memilih kini mengungsi di rumah dokter Anna Ratih Wardhani di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman hingga saat ini. Selama mengungsi, dokter Anna merawat luka bakar di telapak kaki Ponimin. Akibat kedua telapak kakinya yang melepuh, Ponimin hingga saat ini hanya bisa duduk dan berbaring di kasur. Di pengungsian ini, Yati masih bertanya-tanya, siapa gerangan sosok orang tua misterius yang muncul sebelum Merapi mengamuk itu.
Ponimin, 50-an tahun, memegang gepokan uang sebesar Rp 25 juta. Dari jumlah itu, Rp 15 juta diberikan isterinya untuk membayar hutang bisnis kayu yang ditekuninya selama ini. Sedangkan sisanya, Rp 10 juta baru saja akan dimasukkan ke tas ketika suara gemuruh tedengar dari Merapi. Ponimin dan istrinya bangkit dari duduknya. Bukan untuk mengungsi. Ponimin bergegas menuju kebun untuk mengambil daun awar-awar dan dadap serep. Dua daun itu dipercaya bisa digunakan untuk tolak bala. Sedangkan istrinya, Yati, keluar rumah membaca ayat suci al Qur’an.
Saat itulah, Yati berkisah, dirinya dikejutkan kemunculan sosok misterius. "Tiba-tiba ada sosok tua berpakaian Jawa berdiri di depan saya. Orang itu mengatakan akan mengobrak-abrik keraton Yogya,” cerita Yati kepada GKR Hemas yang menemuinya di rumah pengungsiannya di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman beberapa tahun yang lalu. Dengan sedikit gemetaran Yati pun mencegah keinginan sosok orang tua gaib itu. "Ojo (jangan),” kata Yati.
Sosok orang tua dengan api menyala-nyala di belakangnya itu kemudian menghilang. Yati pun masuk ke dalam rumah karena dari atas Gunung Merapi ia melihat ada api yang meluncur ke bawah. Pun Ponimin. Keduanya pun berlindung di dalam rumahnya bersama anak-anaknya. Mereka bersembunyi di dalam kamar. Hawa panas tiba-tiba menerjang disertai angin kencang dan debu. Di dalam rumah, keluarga ini masuk ke kamar dan berlindung di balik rukuh (mukena) milik Yati.
“Kami selamat, meski api berkobar-kobar di sekeliling kami. Atap rumah beterbangan. Kaca-kaca jendela pecah,” cerita Yati. Setelah awan panas reda, mereka bergerak ke luar rumah. Namun tanah yang diinjak terasa panas. Mereka berhasil naik mobil di halaman rumah yang selamat dari amukan awan panas. Namun baru berjalan beberapa meter, ban mobil pecah karena meleleh. Mereka kembali masuk rumah.
Di dalam rumah mereka mengumpulkan tujuh bantal dan satu sajadah. Benda-benda itulah yang kemudian dijadikan “jembatan” untuk keluar dari rumah, menuju tempat aman. Agak jauh dari rumah, mereka ditolong Tris, tetangganya yang juga selamat dan kemudian dilarikan ke RS Panti Nugroho di Pakem. Rukuh yang menyelamatkan nyawa Ponimin dan keluarganya itu kini disimpan. “Sudah ada yang nawar Rp 40 juta. Namun tidak saya kasih,” kata Yati.
Ponimin dan keluarga memilih kini mengungsi di rumah dokter Anna Ratih Wardhani di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman hingga saat ini. Selama mengungsi, dokter Anna merawat luka bakar di telapak kaki Ponimin. Akibat kedua telapak kakinya yang melepuh, Ponimin hingga saat ini hanya bisa duduk dan berbaring di kasur. Di pengungsian ini, Yati masih bertanya-tanya, siapa gerangan sosok orang tua misterius yang muncul sebelum Merapi mengamuk itu.
Saya akan berbagi beberapa mitos tentang gunung merapi ini :
A. Tentang penunggu gunung Merapi.
Misteri Gunung Merapi tidak bisa lepas dari kepercayaan banyak orang bahwa di gunung itu hidup berbagai makhluk halus yang sekaligus menjadi penguasanya. Menurut penduduk setempat, Eyang Merapi adalah raja para makhluk halus di Merapi. Penduduk setempat mempercayai bahwa Eyang Sapu Jagad merupakan jin penguasa Merapi yang menentukan apakah gunung akan meletus atau tidak di tambah lagi Misteri Kilat Putih dan Erupsi Gunung Merapi. Karenanya di jaman dulu, Raja Yogyakarta sering memberi sesaji agar Eyang Sapu Jagad tidak marah.
Sementara Eyang Megantara dipercayai sebagai pengendali cuaca di sekitar Gunung Merapi. Nyi Gadung Melati dipercaya sebagai pimpinan para makhluk halus wanita dan bertugas untuk menjaga kesuburan tanaman di wilayah tersebut. Eyang Antalboga dipercaya sebagai penjaga keseimbangan Gunung Merapi di permukaan bumi. Mbah Petruk dipercaya sebagai pemuka jin yang akan memberi tanda tentang kapan Merapi akan meletus. Kyai Sapu Angin dipercaya menjaga ternak dan semua hewan di Gunung Merapi. Makhluk halus yang satu ini sangat akrab di telinga penduduk setempat, karena jin ini sering mendatangi penduduk dan mengangu dengan cara Batu Merapi tak Terangkat Alat Berat dan lain nya.
B. Tentang pasar Bubrah.
Cerita gaib lainnya yang cukup membuat merinding adalah pasar makhluk halus. ini juga merupakan misteri Gunung Merapi yang cukup dikenal masyarakat luas. Menurut cerita almarhum Mbah Marijan, Setiap malam Jumat akan ada pasar Bubrah yang merupakan pasar para makhluk halus. Setiap malam jumat akan terdengar kegaduhan mirip pasar seperti pasar pada umumnya. Suara alunan gamelan dan gending (musik/lagu) Jawa akan kedengar. Ada beberapa pendaki Gunung Merapi yang sudah membuktikan kebenaran mitos Pasar Bubrah ini.
Seperti daerah angker lainnya, Gunung Merapi terkadang meminta tumbal. Misteri Gunung Merapi ini memang sulit dipercaya bagi orang di luar kawasan Merapi. Namun realitasnya, beberapa pendaki menjadi korban di Gunung Merapi. Penduduk percaya bahwa itu merupakan tanda bahwa penguasa Merapi sedang menginginkan tumbal. Penduduk setempat mempercayai bahwa tumbal yang akan diambil penguasa Merapi adalah orang yang bertabiat buruk maupun orang yang membuatnya marah.
C. Tentang awan Mbah Petruk.
Sebelum terjadi erupsi pada awal bulan November tahun 2010, masyarakat setempat digemparkan oleh penampakan awan Mbah Petruk yang berhasil tertangkap kamera oleh seorang warga Magelang bernama Suswanto. Terdapat cerita menarik yang sempat beredar di masyarakat tentang awan Mbah Petruk yang terlihat menoleh ke kanan. Petruk sendiri adalah salah satu tokoh pewayangan Jawa yang sering diibaratkan sebagai seorang rakyat.
Saat dimainkan oleh dalang, wajah Petruk biasanya selalu menoleh ke kiri. tidak hanya itu, awan Mbah Petruk yang mengarah ke selatan juga merupakan pertanda bahwa kemarahannya akan lebih difokuskan ke wilayah selatan Merapi. Akhirnya pada 5 November 2010, sesuai kepercayaan masyarakat akan pertanda dari awan Mbah Petruk, terjadi erupsi Gunung Merapi dengan letusan dahsyat dan menimbulkan banyak korban.